• Skip to primary navigation
  • Skip to content

Donny Verdian (DV)

Superblogger Indonesia

  • Siapa DV?
  • Kontak
Beranda / Cetusan

Tak semuanya layak direkam dan dipotret, matikan gadget sebelum…

16 Januari 2018 / 2018, Digital, indonesia, social media

Sebuah video mesum berdurasi 40-an detik beredar. Wajah yang terpampang di situ konon mirip wajah seorang pedendang pemula yang sedang moncer di sebuah acara ajang pencarian bakat di televisi.

Lalu tiba-tiba kemarin ada yang berkomentar begini, “Kelakukan anak zaman now… hilang akhlaknya!”

Bagiku komentar tersebut memperkeruh suasana! Aku sih belum nonton video mesum itu tapi si komentator tadi apa nggak mikir bahwa komentarnya membuat orang-orang yang patah arang karena belum sempat nonton videonya (yang sudah dihapus banyak provider) itu makin penasaran lagi hahaha…

Tapi seriusan, komentar itu sama sekali nggak adil! Belum tentu anak-anak zaman old lebih baik akhlaknya kalau sejak zaman old gadget dan social media sudah ada dan digunakan!

Kenapa?
Belum tentu orang-orang yang sekarang begitu kita hormati karena prestasi dan senioritasnya itu memiliki masa lalu yang wangi! Bisa saja masa lalunya lebih kelam dari si mbak yang wajahnya mirip pedendang itu! Beruntung saja mereka karena waktu itu belum ada gadget dan socmed jadi tak ada rekaman yang beredar seperti zaman now!

Gadget dan socmed memang game changer!

Seorang yang masih ingusan pun bisa menjelma menjadi pemeran, sutradara, produser sekaligus publisher bokep dalam sekejap… ya berkat gadget dan socmed itu!

Kita, terutama anak-anak zaman now perlu ambil pelajaran tentang hal ini.

Soal keputusan untuk nge-seks sebelum menikah tentu itu keputusan pribadi. Kalau aku bilang, “Jangan ngeseks sebelum nikah!” aku akan jadi orang kesekian ratus yang juga bilang begitu, bukan? So, ambil keputusanmu untuk itu…

Tapi yang kutekankan hari ini, apapun keputusanmu, berpikirlah sebelum memotret dan merekam, dipotret dan direkam. Tak semuanya yang ada di dunia ini layak direkam dan perlu dipotret meski alasannya untuk kenang-kenangan.

Kenapa? Nilai terhadap kenangan itu tak statis.

Misalnya kamu berpacaran, sedang bertamasya lalu kamu bikin potret wefie. Saat sedang hangat-hangatnya berpacaran, setiap kali melihat foto itu, kamu mungkin bisa bergumam “Terlalu manis untuk dilupakan!” Tapi saat sedang ribut atau setelah putus, Slank pun setelah sekian puluh tahun akhirnya membuat lagu “Terlalu pahit untuk dikenang” barangkali ingin menunjukkan kepada kita bahwa kadar manis/pahit terhadap kenangan itu ya ada masa kadaluwarsanya!

Jadi ketika pasanganmu tiba-tiba mengeluarkan henpon dan memotret atau merekam hal yang menurutmu tak layak, speak up! Jangan takut untuk melarang!

matikan gadget sebelum ‘bobo’
matikan gadget sebelum ‘bobo’

Jangan seperti si mbak yang mirip pedendang tadi. Masa hanya karena diancam ‘nggak ditidurin’ lalu nurut untuk direkam! Bebaskan jiwamu dari belenggu ancaman, Mbak! Ini abad 21, zaman now! Nggak ditidurin sebelum nikah itu anugerah! Toh kamu udah gede masa tidur sendiri aja nggak berani sih?

Don, katanya kamu lom nonton video asli tapi kok bisa tahu sampai detail gitu?

Ya memang belum, tapi katanya temen-temen sih gitu…

Bagikan tulisan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk mengirim ini lewat surel kepada seorang teman(Membuka di jendela yang baru)

Terkait

Tentang DV

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Berlangganan?

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Dibangun dan dipelihara oleh Donny Verdian sejak 2002. Ikuti laman facebook DV.FYI.

  • Depan
  • Peta Situs
  • Kontak
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
loading Batal
Tulisan tidak terkirim - cek alamat surel Anda!
Cek surel gagal, silahkan coba kembali
Maaf, blog Anda tidak dapat berbagi tulisan lewat surel.