Hari ini Yesus membuat orang yang tuli jadi mendengar dan yang bisu berbicara. Ia berkata “Efata!” yang artinya “Terbukalah!” (lih. Markus 7:34) lalu sejurus kemudian kedua orang itupun sembuh!
Apa yang bisa kita renungi dari bacaan tersebut?
Belum lama ini kita dikejutkan munculnya fenomena ‘Ratu Hoax’! Di tengah terpusatnya perhatian kita pada bencana gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, seorang ratu hoax muncul di ibukota.
Ia seorang artis senior nan aktivis politik. Dalam banyak acara perbincangan di televisi ia kerap gembar-gembor mengutuk hoax atau berita palsu. Tapi nyatanya, ia sendirilah pembuat hoax paling jitu!
Sang Ratu mengaku dipukuli.
Suasana pun bergejolak. Banyak tokoh politik membangun empati dan mengecam pemukulan itu sebagai tanda kebebasan berpolitik di negeri sedang tak terlalu sehat.
Tapi polisi tak tinggal diam.
Mereka sigap menyelidiki dan menyingkap kasus ini secara cepat dan kenyataan pun terbuka; tidak ada pemukulan apalagi penganiayaan! Wajah Si ‘Ratu Hoax’ itu memang lebam-lebam tapi semua ada karena imbas operasi sedot lemak/plastik yang dijalaninya dengan sadar dan sengaja!
Beruntung Si Ratu Hoax dan mereka yang menyebarluaskannya meminta maaf, mengaku salah!
Tapi mari berandai-andai, jika polisi tak bergerak cepat dan membuka kedok kebohongan adakah si ratu tetap mengakui perbuatannya? Adakah yang menyebarluaskan juga ikut berbondong-bondong meminta maaf?
Bagiku, orang-orang yang merancang, melakukan dan mendukung serta menyebarkan berita bohong/hoax itu adalah orang-orang yang bertindak secara berkebalikan dari apa yang Yesus lakukan hari ini.
Yesus membukakan mereka yang tuli dan membuat si bisu bisa berbicara tapi mereka malah menutup telinga, mengikat lidah dan mengunci mata orang-orang awam tak berdosa dengan kebohongan yang menjijikkan!
Orang-orang dibuat tuli, bisu dan buta supaya mereka bisa melenggang meraih tampuk kuasa yang begitu lama diidamkan bukan sebagai amanah tapi sebagai sarana untuk memperkaya diri sendiri! Alangkah jahatnya hati orang-orang itu, bukan?!
Maka marilah kita semakin waspada!
Jangan-jangan ketika misalnya kita membagi berita dalam grup-grup WA atau di dinding social media, kita justru sedang tidak mewartakan Kabar Baik tapi membutakan, menulikan dan membisukan orang-orang?
Bersikaplah secara tepat sehingga apa yang kita lakukan membawa keterbukaan terhadap kenyataan hidup dan semakin mendekatkan diri pada kebenaran yang sejati.
Westlake Resort Yogyakarta, 8 Oktober 2018
Tinggalkan Balasan